Akhirnya setelah cari beberapa waktu lalu, nemu juga dan bisa dapetin softcopy-nya lengkap full yang sesi 1 dan 2 dari temen saya Ipenk. Jadi ingat masa kecil jadinya. Dan ini film bener-beenr menguras air mata dan wooww bgt dari setiap tokoh yang selalu bikin tegang dan kejutan.
Buat tokoh favorit especially Ryu, si anjing pintar dan dr. Kurosaki yang cool banget! Tokoh lain juga mengagumkan, hanya saja saya tertarik sangat dengan kedua tokoh ini karena mereka adalah sosok yang dapat bertahan dalam setiap kondisi, mempunyai pendirian, dan tak pernah kalah akan perasaan. Mulanya sangat kagum dengan Katashima sense, tapi pak guru selain sangat baik hati, dia juga orang yang kalah dengan perasaan dan itu membuat dia melakukan hal-hal yang di luar logika yang dapat membahayakan hidupnya.
Saya benar-benar bahagia kembali menontonnya. ^^
Hidup itu tak pernah lepas dari penemuan jati diri. Selalu belajar di setiap usia. Mencari bahagia, mencari kedamaian, itulah hidup! Hingga kau temui di suatu muara yaitu, ternyata bahagia itu sederhana! Merasa nyaman dalam setiap kondisi! Jika akal yang diberikan-Nya tak mampu melepaskan dahaga ketidakcukupanku, maka aku hanya butuh naluri, layaknya binatang yang mampu membuat keluarganya bahagia hanya dengan bermodalkan naluri! Di saat itulah aku merindukan naluri kebinatanganku!
Monday, May 21, 2012
Friday, May 4, 2012
Travelling is nice!
Sejak pernah trauma kejadian di atas bus yang hampir dirampok, saya memutuskan untuk tidak naik bus lagi sejak semeter 2 kuliah. Benar-benar mengerikan setelah di tengah malam dihadang oleh segerombolan perampok, kaca bus dipecahkan dengan parang, dan disiram dengan bensin. Itu perampok pada ngancam mau nilep pake api, habislah kami! Ga mo mo lagi naik bus semenjak itu! ;(
Sejak saat itu saya memutuskan untuk naik travel saja setiap mudik, karena travel lewat jalur yang berbeda, tidak melewati jalan yang sering dilalui perampok.
Pengalaman di atas travel itu benar-benar seperti keluarga kilat. Selama 10-12 jam di atas travel setidaknya suatu pengalaman bersama orang-orang baru. Memang untuk perjalanan pertama rasanya biasa saja dan tidak begitu berarti. Namun, semakin lama, sejak mudik lebaran ke kampung halaman, rasanya saya seperti mendapatkan hadis nabi. Yang mengatakan bahwa kita baru benar-benar bisa menilai orang itu jika kita bersama dalam perjalanan dengannya.
Suatu hari, perjalanan ke Bengkulu, saya merasa lelah sekali. Saya ngambek karena harus duduk di paling belakang. Tapi sopir travel waktu itu yang biasa dipanggil Pak Haji mempersilahkan saya duduk di tengah. Sewaktu dalam perjalanan, ternyata mobil ini menjemput rombongan STAN D-1 dari Bengkulu karena libur kuliah. Di sanalah saya bertemu dan kenal dengan Kak Wahner dan temannya. Kami mengobrol panjang sekali soal kuliah, masa sekolah, dosen, hingga teman-teman lainnya. Dan benar kata orang, dunia ini terlalu sempit. Usut punya usut, Kak Wahner adalah kakak kelas saya semasa SMP yang saya belum pernah tahu sebelumnya. Dan Kak Wahner adalah temannya teman saya. Perjalanan terasa menyenangkan karena saya mengira akan terasa sendirian awalnya, tapi setelah ketemu Kak Wahner dkk, kami mengobrol banyak sekali hingga tak jadi memejamkan mata padahal sudah larut malam. Ditambah lagi, mobil itu menghidupkan lagu-lagu Ari Lasso semasa saya SMP, yang asyik banget didengarkan dan jadi ikutan nyanyi. Ketika saya tertidur, saya benar-benar susah dalam kondisi PW (Posisi Wenak), karena lainnya laki-laki dan saya sendirian perempuan di dalam mobil itu. =,="
Kepala saya kejedot beberapa kali karena saya takut kalau-kalau tidak sengaja tersandar di bahu laki-laki (waduh, saya bisa malu). Akhirnya, Pak Haji yang waktu itu pura-pura tidak tahu, melempar bantal ke arah saya. Sontak saya kaget dan mengambil bantal itu dan langsung menjadikannya bantal untuk sandaran. :)
Sewaktu pulang ke Indralaya, saya semobil dengan anak MDP yang lagi asyik-asyiknya pacaran. Eh, tak tahunya yang perempuan adalah temannya teman saya sekelas di kampus. Alhasil, ketika makan bersama, saya jadi tidak enak karena saya dibayari makan oleh pacarnya yang pernah sekolah di Bengkulu itu. :p Aduh jadi nggak enak. Padahal saya mau nunjukin meski saya anak kos, dompet saya tuh alhamdulillah banget (baca: Budget untuk makan=80% :D). :p Tapi gapapa lah, salam perkenalan. :p
Perjalanan kembali mempunyai cerita dan berkesan saat saya pulang ke Indralaya baru-baru ini. Saya semobil dengan seorang perokok berat dan berasal dari etnis Tionghoa. Koko itu setahun lebih tua di atas saya dan seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Bengkulu. Saya sangat kaget ketika dia banyak bercerita dengan pak sopir, ternyata dia adalah seorang bussinessman yang pernah menggelapkan minuman keras dan HP Black Market. Dia bercerita tentang pengalaman yang dikhianati temannya sendiri. Sepanjang jalan saya mau tak mau menghirup asap rokoknya yang terus berhembus, hingga saya tahu beberapa merk minuman keras yang sering ia sebut-sebut, Red (bener gak nih tulisannya?), Jack Daniel, dsb. Saya jadi ngeri sendiri. Dikit-dikit dia nyebut Red. Terus dia bertanya, mau jadi apa setamat kuliah?? Saya jawab saya akan mengambil apa yang di depan mata. Lalu, dia bercerita office boy di Jakarta yang banyak dari kalangan sarjana. Tiba-tiba dia nyeletuk, "Daripada capek-capek rajin kuliah jadi sarjana, mending jadi manager clubbing aja. Gajinya lebih gede, kerja santai. Lihat saja saya. Kuliah hukum capek-capek ujung-ujungnya tetap dagang! Hahahaa.."
"Ya ampun, Ko. Masa saya disuruh jadi manager clubbing sih??" (membatin =,=")
Hahahaa... iya, pasti gara-gara Koko nganggap saya memang bener-bener anak sekolahan sejati, anak baik-baik yang taat peraturan sekolah, dan tahu saya tamatan SMA favorit, makanya Koko nganggap gitu. Aduh, kok tiba-tiba jadi ingat gengster ya?? Mafia, Yakuza, Gengster, ato apalah kayak di film-film China gitu, misalnya aja kayak di film Korea My Boss My Hero. Duh, bener-bener deh kebanyakan nonton film ampe nyangka yang parah-parah. Pukul 11 malam: Eh, parahnya itu Koko berhenti di Hotel mewah yang semalemnya 700 rebeng, dan dikelilingi clubbing yang berderet di ruko-ruko. Lampu kelap-kelip dan musik disco ala DJ mabok. Saya benar-benar disuguhkan kehidupan malam waktu itu. Ternyata bukan di film aja, di dunia nyata juga. Malah lebih parahnya lagi, sewaktu lewat di pemukiman perumahan menengah ke bawah, ada pertunjukan banci pake lagu India, ampe om sopirnya penasaran dan berhenti coba cubit pipi, ini beneran apa mimpi, yak??!! Dan yang nonton tu rameeeee!!! Dari anak-anak ampe orang dewasa! Ternyata begitulah suasana malam Kota Palembang! Hhhmmmm...
Perjalanan kembali terjadi ketika saya ingin pulang ke Bengkulu. Saya memesan tiket sore. Ketika saya dari Indralaya ke Palembang, ternyata saya telat diakibatkan macet. Akhirnya saya ditinggal oleh travelnya dan ditaruh ke jam malam berangkatnya. Saya menjadi kesal setengah mati karena musti nunggu 4 jam di loket. Saya benar-benar bosan. Akhirnya dengan sifat saya yang authis dan urak-urakan saat itu, saya mulai bersiap-siap mengenakan jaket saya yang penuh badge ini, untuk menunjukkan ke orang-orang kalau saya mahasiswa, sehingga orang-orang tidak seenaknya menggoda saya di jalan. Selamat saya selamat. Saya langsung menitip koper dengan muka manyun kepada om yang di loket. "Mau ke mana, Dik?". "Ke mana aja lah Om, bosen. Keliling kek, apa kek, makan kek, kayaknya mau ke toko buku dekat sini aja, deh. (Gramedia Atmo). Om jagain koper saya, ya!"
Saya langsung melancarkan aksi dengan tas ransel saya yang penuh cemilan dan soda. Tiba-tiba mamang rujak yang dengan kasihannya lewat. Duh, nggak tega. Akhirnya pesen rujak mangga pesen yang paling manis, makan kayak orang kesetanan, dan om dan mbak yang di loket nganga aja lihat saya yang tadinya mau pergi eh malah balik lagi bawa semangkuk rujak mangga yang warnanya orens (rujak apa rujak, ya??).
Setelah rujaknya habis, saya langsung pergi lagi sambil dada-dada ke mbaknya. Tibalah di Gramedia Atmo. Kebetulan waktu itu saya sedang nggak sholat jadi saya bebas baca buku lupa waktu. Target utama adalah buku-buku tips buat orang galau yang plastiknya kebuka. Trus, selonjoran deh di lantai kayak itu toko kamar pribadi yang kalau orang mau lewat nggak jadi dan pindah ke jalan sebelah gara-gara lihat anak authis jilbab-an, pake jeans, sepatu kets, pake jaket yang badge-nya banyak, sambil selonjoran. Wkwkwkkk... :D
Akhirnya saya pulang juga dari sana pukul 07.00, setelah telpon berdering dan ngajakin pulang. "Travelnya mau berangkat, Bu... Ibu di mana??" (eittss dah, kok ibu sih??)
Trus setiba di sana. Huwaaaahhh, orang-orang kayak kedatangan anak hilang. "Adik ikut Kak Yayan, ya." Nama sopirnya Yayan, masih muda (kayak nggak jauhlah umurnya sama kita-kita yang mahasiswa), cakep, kocak, tapi nggak enaknya manggil saya dengan sebutan ayuk, baca:kakak perempuan)
Duduk di tengah, ngobrol-ngobrol, udah asyik ngobrol, eh malah gondok. Ternyata penumpangnya penuh, plus ada barang-barang paket titipan. )&^@#$%^&*(
Gondok dan gondok asli deh pokoknya! Karena paketnya nggak muat lagi, tuh sopir malah sumpel paketnya ke kaki saya dan saya nggak bisa duduk tenang sepanjang perjalanan yang menghabiskan waktu 10-12 jam itu. Akhirnya saya ngambek, marah-marah, n nyindir pelayanan travel yang sangat tidak menghormati pelanggan. Especially buat tuh sopir yang dari tadi cengengesan nggak ngebales ocehan saya. Trus adik perempuan yang di sebelah malah pengen gantian tempat duduknya karena dia nggak tega lehat saya dizalimin. (caelahh). Tapi tetep aja saya ogah. Akhirnya setelah 6 jam berlalu dan orang udah ada yang turun, tu paket dipindahin juga dan kaki saya bisa lurus pada akhirnya, alhamdulillah. :)
Sewaktu pulang ke Bengkulu lagi di lain waktu, duh saya bener-bener berharap nggak ketemu lagi sama tuh sopir yang pernah saya omel-omelin. Saya udah pesen travel lain, tapi mungkin udah takdir saya eh itu travel malah opor saya dan temen ke travel lain karena penuh, dan sopirnya glekkk!!! Kak Yayan lagi!!! )*@#$%^&*(
Sementara dia duduk di sebelah saya. "Awas nih sopir macem-macem ato nyenggol dikitpun," membatin. Ternyata nggak! Trus dengan penuh resenya dan authis yang kambuh-kambuhan, saya dengan kasarnya dengan otot jari-jari saya yang kayak gitaris nutup AC ke arah dia. "Kenapa, Yuk?" "Saya nggak bisa dingin."
"Hhhmm... kita matiin aja ya AC-nya, sebentar ya.. hhmm.." (dengan halus banget kayak ngebujuk anak kecil ngamuk)
Trs setelah tiba giliran dia yang nyetir, "Kita lambat aja ya asal selamat." Dia yang tahu dan kenal penuh sama saya setelah saya bilang tujuan rumah saya di mana (ni sopir pasti ingat banget kan siapa saya, yang authis suka marah-marah, ngambek nggak jelas gitu kayak mau makan orang). Saya langsung diam dan pura-pura lupa kejadian yang pernah ada.
Itu mobil bawa anak kecil yang lagi sakit, eh disuruh duduk paling belakang. Saya ngerasa ya gara-gara saya yang ngambekan. Duh, maaf banget buk saya nggak mau mati di jalan cuma karena aib saya yang mabokan di jalan. =,="
********
Saya tidur dengan nyenyaknya di hujan petir kilat yang deras, dan macet yang melelahkan. Saya sangat nyaman malam itu. Arigatou!!! Itu semua karena si sopir sudah tahu persis medan jalan mana yang berlubang, mana yang tikungan walaupun di tengah malam sehingga nggak ada gruduk-gruduk asal-asalan di tengah jalan yang membangunkan nyenyaknya tidur.
Ada beberapa mobil yang bannya pecah di jalan, trus berhenti bentar buat ngebantuin orang-orang itu. Trs semua orang di mobil pas sopirnya nggak ada, malah muji-muji ini sopir, "Masnya tahu ya medan jalan, udah hafal betul. Saya berasa nggak dalam perjalanan."
(duh, kok sama, ya??) +,+"
Muhun maaf deh pokoknya Kak Yayan, nggak lagi-lagi ngambekan deh sama siapapun. Pernah dimarah-marahin aja diam... Duh kapok deh dengan authisnya diriku. Dan akhirnya turun bilang, "Makasih, Kak...", dengan penuh rasa bersalah.......
(Kakak lulus di hadis nabi deh kak... dalam penilaian karakter "orang baik")
Sejak saat itu saya memutuskan untuk naik travel saja setiap mudik, karena travel lewat jalur yang berbeda, tidak melewati jalan yang sering dilalui perampok.
Pengalaman di atas travel itu benar-benar seperti keluarga kilat. Selama 10-12 jam di atas travel setidaknya suatu pengalaman bersama orang-orang baru. Memang untuk perjalanan pertama rasanya biasa saja dan tidak begitu berarti. Namun, semakin lama, sejak mudik lebaran ke kampung halaman, rasanya saya seperti mendapatkan hadis nabi. Yang mengatakan bahwa kita baru benar-benar bisa menilai orang itu jika kita bersama dalam perjalanan dengannya.
Suatu hari, perjalanan ke Bengkulu, saya merasa lelah sekali. Saya ngambek karena harus duduk di paling belakang. Tapi sopir travel waktu itu yang biasa dipanggil Pak Haji mempersilahkan saya duduk di tengah. Sewaktu dalam perjalanan, ternyata mobil ini menjemput rombongan STAN D-1 dari Bengkulu karena libur kuliah. Di sanalah saya bertemu dan kenal dengan Kak Wahner dan temannya. Kami mengobrol panjang sekali soal kuliah, masa sekolah, dosen, hingga teman-teman lainnya. Dan benar kata orang, dunia ini terlalu sempit. Usut punya usut, Kak Wahner adalah kakak kelas saya semasa SMP yang saya belum pernah tahu sebelumnya. Dan Kak Wahner adalah temannya teman saya. Perjalanan terasa menyenangkan karena saya mengira akan terasa sendirian awalnya, tapi setelah ketemu Kak Wahner dkk, kami mengobrol banyak sekali hingga tak jadi memejamkan mata padahal sudah larut malam. Ditambah lagi, mobil itu menghidupkan lagu-lagu Ari Lasso semasa saya SMP, yang asyik banget didengarkan dan jadi ikutan nyanyi. Ketika saya tertidur, saya benar-benar susah dalam kondisi PW (Posisi Wenak), karena lainnya laki-laki dan saya sendirian perempuan di dalam mobil itu. =,="
Kepala saya kejedot beberapa kali karena saya takut kalau-kalau tidak sengaja tersandar di bahu laki-laki (waduh, saya bisa malu). Akhirnya, Pak Haji yang waktu itu pura-pura tidak tahu, melempar bantal ke arah saya. Sontak saya kaget dan mengambil bantal itu dan langsung menjadikannya bantal untuk sandaran. :)
Sewaktu pulang ke Indralaya, saya semobil dengan anak MDP yang lagi asyik-asyiknya pacaran. Eh, tak tahunya yang perempuan adalah temannya teman saya sekelas di kampus. Alhasil, ketika makan bersama, saya jadi tidak enak karena saya dibayari makan oleh pacarnya yang pernah sekolah di Bengkulu itu. :p Aduh jadi nggak enak. Padahal saya mau nunjukin meski saya anak kos, dompet saya tuh alhamdulillah banget (baca: Budget untuk makan=80% :D). :p Tapi gapapa lah, salam perkenalan. :p
Perjalanan kembali mempunyai cerita dan berkesan saat saya pulang ke Indralaya baru-baru ini. Saya semobil dengan seorang perokok berat dan berasal dari etnis Tionghoa. Koko itu setahun lebih tua di atas saya dan seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Bengkulu. Saya sangat kaget ketika dia banyak bercerita dengan pak sopir, ternyata dia adalah seorang bussinessman yang pernah menggelapkan minuman keras dan HP Black Market. Dia bercerita tentang pengalaman yang dikhianati temannya sendiri. Sepanjang jalan saya mau tak mau menghirup asap rokoknya yang terus berhembus, hingga saya tahu beberapa merk minuman keras yang sering ia sebut-sebut, Red (bener gak nih tulisannya?), Jack Daniel, dsb. Saya jadi ngeri sendiri. Dikit-dikit dia nyebut Red. Terus dia bertanya, mau jadi apa setamat kuliah?? Saya jawab saya akan mengambil apa yang di depan mata. Lalu, dia bercerita office boy di Jakarta yang banyak dari kalangan sarjana. Tiba-tiba dia nyeletuk, "Daripada capek-capek rajin kuliah jadi sarjana, mending jadi manager clubbing aja. Gajinya lebih gede, kerja santai. Lihat saja saya. Kuliah hukum capek-capek ujung-ujungnya tetap dagang! Hahahaa.."
"Ya ampun, Ko. Masa saya disuruh jadi manager clubbing sih??" (membatin =,=")
Hahahaa... iya, pasti gara-gara Koko nganggap saya memang bener-bener anak sekolahan sejati, anak baik-baik yang taat peraturan sekolah, dan tahu saya tamatan SMA favorit, makanya Koko nganggap gitu. Aduh, kok tiba-tiba jadi ingat gengster ya?? Mafia, Yakuza, Gengster, ato apalah kayak di film-film China gitu, misalnya aja kayak di film Korea My Boss My Hero. Duh, bener-bener deh kebanyakan nonton film ampe nyangka yang parah-parah. Pukul 11 malam: Eh, parahnya itu Koko berhenti di Hotel mewah yang semalemnya 700 rebeng, dan dikelilingi clubbing yang berderet di ruko-ruko. Lampu kelap-kelip dan musik disco ala DJ mabok. Saya benar-benar disuguhkan kehidupan malam waktu itu. Ternyata bukan di film aja, di dunia nyata juga. Malah lebih parahnya lagi, sewaktu lewat di pemukiman perumahan menengah ke bawah, ada pertunjukan banci pake lagu India, ampe om sopirnya penasaran dan berhenti coba cubit pipi, ini beneran apa mimpi, yak??!! Dan yang nonton tu rameeeee!!! Dari anak-anak ampe orang dewasa! Ternyata begitulah suasana malam Kota Palembang! Hhhmmmm...
Perjalanan kembali terjadi ketika saya ingin pulang ke Bengkulu. Saya memesan tiket sore. Ketika saya dari Indralaya ke Palembang, ternyata saya telat diakibatkan macet. Akhirnya saya ditinggal oleh travelnya dan ditaruh ke jam malam berangkatnya. Saya menjadi kesal setengah mati karena musti nunggu 4 jam di loket. Saya benar-benar bosan. Akhirnya dengan sifat saya yang authis dan urak-urakan saat itu, saya mulai bersiap-siap mengenakan jaket saya yang penuh badge ini, untuk menunjukkan ke orang-orang kalau saya mahasiswa, sehingga orang-orang tidak seenaknya menggoda saya di jalan. Selamat saya selamat. Saya langsung menitip koper dengan muka manyun kepada om yang di loket. "Mau ke mana, Dik?". "Ke mana aja lah Om, bosen. Keliling kek, apa kek, makan kek, kayaknya mau ke toko buku dekat sini aja, deh. (Gramedia Atmo). Om jagain koper saya, ya!"
Saya langsung melancarkan aksi dengan tas ransel saya yang penuh cemilan dan soda. Tiba-tiba mamang rujak yang dengan kasihannya lewat. Duh, nggak tega. Akhirnya pesen rujak mangga pesen yang paling manis, makan kayak orang kesetanan, dan om dan mbak yang di loket nganga aja lihat saya yang tadinya mau pergi eh malah balik lagi bawa semangkuk rujak mangga yang warnanya orens (rujak apa rujak, ya??).
Setelah rujaknya habis, saya langsung pergi lagi sambil dada-dada ke mbaknya. Tibalah di Gramedia Atmo. Kebetulan waktu itu saya sedang nggak sholat jadi saya bebas baca buku lupa waktu. Target utama adalah buku-buku tips buat orang galau yang plastiknya kebuka. Trus, selonjoran deh di lantai kayak itu toko kamar pribadi yang kalau orang mau lewat nggak jadi dan pindah ke jalan sebelah gara-gara lihat anak authis jilbab-an, pake jeans, sepatu kets, pake jaket yang badge-nya banyak, sambil selonjoran. Wkwkwkkk... :D
Akhirnya saya pulang juga dari sana pukul 07.00, setelah telpon berdering dan ngajakin pulang. "Travelnya mau berangkat, Bu... Ibu di mana??" (eittss dah, kok ibu sih??)
Trus setiba di sana. Huwaaaahhh, orang-orang kayak kedatangan anak hilang. "Adik ikut Kak Yayan, ya." Nama sopirnya Yayan, masih muda (kayak nggak jauhlah umurnya sama kita-kita yang mahasiswa), cakep, kocak, tapi nggak enaknya manggil saya dengan sebutan ayuk, baca:kakak perempuan)
Duduk di tengah, ngobrol-ngobrol, udah asyik ngobrol, eh malah gondok. Ternyata penumpangnya penuh, plus ada barang-barang paket titipan. )&^@#$%^&*(
Gondok dan gondok asli deh pokoknya! Karena paketnya nggak muat lagi, tuh sopir malah sumpel paketnya ke kaki saya dan saya nggak bisa duduk tenang sepanjang perjalanan yang menghabiskan waktu 10-12 jam itu. Akhirnya saya ngambek, marah-marah, n nyindir pelayanan travel yang sangat tidak menghormati pelanggan. Especially buat tuh sopir yang dari tadi cengengesan nggak ngebales ocehan saya. Trus adik perempuan yang di sebelah malah pengen gantian tempat duduknya karena dia nggak tega lehat saya dizalimin. (caelahh). Tapi tetep aja saya ogah. Akhirnya setelah 6 jam berlalu dan orang udah ada yang turun, tu paket dipindahin juga dan kaki saya bisa lurus pada akhirnya, alhamdulillah. :)
Sewaktu pulang ke Bengkulu lagi di lain waktu, duh saya bener-bener berharap nggak ketemu lagi sama tuh sopir yang pernah saya omel-omelin. Saya udah pesen travel lain, tapi mungkin udah takdir saya eh itu travel malah opor saya dan temen ke travel lain karena penuh, dan sopirnya glekkk!!! Kak Yayan lagi!!! )*@#$%^&*(
Sementara dia duduk di sebelah saya. "Awas nih sopir macem-macem ato nyenggol dikitpun," membatin. Ternyata nggak! Trus dengan penuh resenya dan authis yang kambuh-kambuhan, saya dengan kasarnya dengan otot jari-jari saya yang kayak gitaris nutup AC ke arah dia. "Kenapa, Yuk?" "Saya nggak bisa dingin."
"Hhhmm... kita matiin aja ya AC-nya, sebentar ya.. hhmm.." (dengan halus banget kayak ngebujuk anak kecil ngamuk)
Trs setelah tiba giliran dia yang nyetir, "Kita lambat aja ya asal selamat." Dia yang tahu dan kenal penuh sama saya setelah saya bilang tujuan rumah saya di mana (ni sopir pasti ingat banget kan siapa saya, yang authis suka marah-marah, ngambek nggak jelas gitu kayak mau makan orang). Saya langsung diam dan pura-pura lupa kejadian yang pernah ada.
Itu mobil bawa anak kecil yang lagi sakit, eh disuruh duduk paling belakang. Saya ngerasa ya gara-gara saya yang ngambekan. Duh, maaf banget buk saya nggak mau mati di jalan cuma karena aib saya yang mabokan di jalan. =,="
********
Saya tidur dengan nyenyaknya di hujan petir kilat yang deras, dan macet yang melelahkan. Saya sangat nyaman malam itu. Arigatou!!! Itu semua karena si sopir sudah tahu persis medan jalan mana yang berlubang, mana yang tikungan walaupun di tengah malam sehingga nggak ada gruduk-gruduk asal-asalan di tengah jalan yang membangunkan nyenyaknya tidur.
Ada beberapa mobil yang bannya pecah di jalan, trus berhenti bentar buat ngebantuin orang-orang itu. Trs semua orang di mobil pas sopirnya nggak ada, malah muji-muji ini sopir, "Masnya tahu ya medan jalan, udah hafal betul. Saya berasa nggak dalam perjalanan."
(duh, kok sama, ya??) +,+"
Muhun maaf deh pokoknya Kak Yayan, nggak lagi-lagi ngambekan deh sama siapapun. Pernah dimarah-marahin aja diam... Duh kapok deh dengan authisnya diriku. Dan akhirnya turun bilang, "Makasih, Kak...", dengan penuh rasa bersalah.......
(Kakak lulus di hadis nabi deh kak... dalam penilaian karakter "orang baik")
Subscribe to:
Posts (Atom)